Runtuhnya Teori Keby
Sabtu, 22 September 2018
Keigan
meluruskan poninya yang sedikit acak. Dia meraih dasinya. Sekarang tangannya
terampil memainkannya.
Sesaat kemudian Keigan berpose di hadapan kaca setengah tingginya. Keigan
merapikan kerah seragamnya dan memasukkannya ke dalam celana abu-abunya.
Selesai! Dia tersenyum.
Tidak ada roti tawar kali ini. Seperti
permintaannya. Malahan Keigan mulai terbiasa. Sarapannya cukup nasi dengan
tempe penyet ala Bunda. Tapi enak. This
is the real Indonesia!
“Kei!” teriak Bunda dari teras, sibuk
menyapu.
Keigan tahu, dia harus bergegas.
Karena makhluk di luar sana sudah pasti menunggu. “Just a minute!” sahutnya, melahap tempe penyet terakhir.
“Hei Kei, cepetan!” seru laki-laki
yang sudah siap menaiki sepedanya.
Keigan menurut. Betapapun, dia mesti
duduk di belakang, tanpa sabuk pengaman! Justru itu yang membuat Keigan
deg-degan, setiap Keby menancapkan
pedal, dia akan histeris. Dan, Keby puas. Tapi kali ini, Keby tidak ingin
bergurau dengannya.
Keby hanya melaju konstan dengan percepatan nol.
“First?”
tawar Keby.
“Just,
ladies first… “ jawabnya.
Keby menarik tangan Keigan. Mereka
mengendap-endap dari belakang pos satpam. Dan, huup! Keduanya berhasil loncat
dari pagar sekolah. “Penuh perjuangan!”
“Seperti hidup ini,” Keigan berlagak
bijak.
Dan, Madam Sekar yang berdarah Ambon
mendapati keduanya.
“So,
Keigan, Keby, berikan alasan logis untuk saya!?”
“Kenyataan bahwa probabilitas
keterlambatan kami sangat tidak mungkin adalah nol. Hngg, banyak faktor
terkait dengan itu, Madam!”
“Jangan bertele-tele! Terangkanlah!”
“Seperti Madam katakan, kami adalah
dua sejoli dengan karakter yang bersamaan, like
identical twins. Tapi sungguh, kami mendapati seorang nenek renta yang
meminta pertolongan untuk diseberangkan!”
“Sungguh?” Madam Sekar menyeka air
mata harunya
mendengar pengakuan Keby. “Silahkan!”
Keby memainkan mata ke arah Keigan. Liar!
***
Science
Project Expo 2014 akan segera digelar. Segalanya
bakalan seru. It start from experiments, debates, and scientific works!
Tapi Keigan belum menemukan topik yang pas. Butuh sedikit pencerahan dengan
itu.
Setelahnya berkutat menghasilkan
kebuntuan. Keigan menyusuri trotoar sepanjang
jalan.
“Hei, kamu yang bodoh!” Keigan menoleh.
“Siapa?”
“Mana duluan, ayam atau telur?”
“Sudah kubilang, ayam!”
“Bodoh! Ayam menetas dari telur,
seharusnya telur dulu!”
Keigan mengerutkan jidat. “Hei,
sudah!”
“Menurut Kakak, siapa duluan?”
Keigan terdiam. Dia tidak bisa
menjawab. Mulutnya hendak memilih pada konsep penciptaan. Tapi dia urung.
“Lihat, Kakak itu saja tidak bisa
menjawab pertanyaan bodohmu!” tuding si anak.
Keigan lucu melihat keduanya. Dan, dia
melihat sisi lainnya. “Hmm, Science could taken from anything!”
gumamnya. “Eurekaa!!!”
Kedua anak itu saling berpandangan
heran. Keigan
acuh sambil berlalu.
Hari dimana penentuan topic. Dan seperti persepsi Keigan, dia
menempati bidang Biology. Tentunya
Keby juga. Tapi, bisakah mereka bekerja sama?
“Now,
listen. Keby and Keigan, you get the same topic, evolution,” seru Madam
Sekar. “And, I’ll take the
concept identical
twins away from you two.
Sekarang, kalian adalah twin paradox Einstein. Karena detik ini, kalian adalah
rival!”
Keigan menelan ludah. Keby hanya santai menanggapinya.
Kelas hari ini, bubar. Semakin
dekat, Keigan bertambah risau. Actually,
he never won against Keby, in everything! Keigan just rely on his concistency
as a man.
The battle is begin now.
“Mr. Keigan, apa alasan anda
mengatakan hal tersebut?”
“As
you know, a scientist
probing the universal accurately, will find more two hundred fifty billion
galaxys.”
“So,
hanya karena itu anda bisa mematahkan teori bigbang, Mr. Keigan?” sindir Keby.
“Oh, come on! Saya harap anda tidak
senaif itu!”
“Jangan mendiskreditkan saya. Ini
hanya mengenai logika. Bisakah jagad raya seteratur ini tanpa Sang pemilik?”
“Saudara Keigan, tolong berikan
analisis yang ilmiah!”
“Kita kembali pada konsep evolusi. “The Origin of Species”. Darwin
mengklaim, seluruh spesies di bumi haruslah dari satu nenek moyang yang sama.
Tapi bagaimana makhluk hidup muncul pertama kali? Darwin tidak pernah menjawab
pertanyaan itu.”
“Menarik! Stanley Miller, pada 1953
telah menenggelamkan pendapat anda, saudara Keigan. Bahwa ilmu biologi sudah membuktikannya. Sel
pertama muncul dari akumulasi gas primitif di atmosfir,” sangkal Keby.
“Akan tetapi, pada akhirnya penemuan
membuktikan gas tersebut bukanlah gas awal pada atmosfir bumi.” Keigan terlihat
meyakinkan. “Miller sendiri mengakui kemustahilan eksperimennya!”
“Seperti itu. Orientasi seleksi alam
sudah terbukti. Seperti juga beberapa fosil yang telah ditemukan?”
“Fosil apa?”
“Haruskah saya sebutkan, saudara
Keigan?”
Keigan mengangguk.
“Kenyataan bahwa manusia berasal dari
evolusi kera, seperti fosil Australopithecus?”
“Anda mengada-ada! Sebelas dua belas
dengan tengkorak simpanse!”
“Bagaimana dengan Homo ergaster, Homo erectus
dan Homo sapiens?”
“Analisis telah membuktikan, saudara
Keby, ketiganya tidaklah berbeda dengan manusia sekarang. Perbedaan pada
struktural tengkoraknya saja, yang biasa ditemukan pada beberapa ras manusia.”
“Hmm,” Keby mulai berpikir lagi.
“Maksud anda ini hanya fiktif
belaka?”
“Bahkan inilah yang disebut rekayasa
konstruksi. Dari tengkorak Neanderthaloid
dihasilkan karya rekaan dengan merekonstruksi wajah simpanse. Saya tekankan
sekali lagi, ini adalah fenomena hipnotis massal dari para evolusionis. Buku
pelajaran, gambar, dan film mengenai manusia
dan kera, sama sekali tidak memiliki nilai ilmiah yang memadai!” tegas Keigan
mantap.
“Penjelasan anda terlalu umum, Saudara
Keigan. Coba lebih spesifik
lagi,” ujar juri ketiga.
“Saya berpegang pada teori penciptaan,
bukan Spontaneous Generation. Kesimpulannya, teori evolusi
sama sekali mengada-ada!”
“Cukup berani!” seru juri menyaksikan.
Siswa memberi tepuk tangan.
“Sepertinya kita sudah tahu siapa
pemenangnya?” tanya juri kedua.
Dan, hal yang tidak terduga bisa
terjadi. Keigan menang. Keby kalah telak. Teori Keby runtuh. Sebagai hadiah,
sepasang tiket ke Singapura lengkap dengan voucher
belanjanya. Asyik!
“Sepertinya kau akan mengakui
kemenanganku?” sindir Keigan berbisik ke telinga Keby.
“Siapa bilang?” sahut Keby. “Tapi,
benar!”
“Two
departure?”
“So, what’s the plan?”
“We’re
going to shopping!
Arghh!”
Keby tersenyum, merangkul Keigan erat.
Singapore, we’re coming!